September 29, 2010

I have n we all have dreams (:

siapa yang tidak tertarik ketika berbicara mengenai impian masing-masing dari seorang individu, yang mempunyai tujuan hidup. Bahkan seorang depresi pun menginginkan untuk terbebas dari penyakit nya (dan ini merupakan impiannya).

Apa sih yang membuat impian begitu menarik untuk diimpikan dan dibuat menjadi nyata ?
apakah cuma sekedar pemuasan akan cita-cita yang tertunda, atau cuma sekedar menginginkan orang lain yang merasakan dampak dari impian tersebut.

jadi apakah impian itu,
impian menurut versi blog orang lain (afdalludin;s world) :
- impian itu adalah keinginan-keinginan positif yang sipatnya memacu kita untuk meraih sesuatu hal atau benda.
- impian itu adalah mimpi indah yang ada didalam otak/pikiran kita yang ingin kita raih, capai/gapai atau dapatkan
- impian itu adalah sebuah destinasi (tujuan akir) yang ingin kita tuju yang sipatnya inspiratif yang akan membuat kita bahagia, riang gembira dan penuh suka cita.
- impian itu adalah merupakan blue print yang ingin kita raih, capai/gapai atau dapatkan yang akan menjadi guide bagi kita dalam berusaha dan berkerja

setiap orang pasti punya mimpi, dan semua tergantung dari persepsi masing-masing manusia melihat dari banyak sisi dan sudut. Tetapi bisa tidak ketika kita menggabungkan antara cita-cita dan imajinasi lantas menjadi sebuah impian? Semua tergantung pada kita, bisa kah membuat impian kita menjadi menarik untuk diciptakan dan dapat dicapai.

Rumus nya begini,
ketika saya bermimpi untuk berjelajah keliling dunia, saya memasukan rumus imajinatif ke dalam mimpi ini, berangan saja bisa memainkan sebuah biola, lantas berkeliling dunia dengan modal ini (hasil mengamen), dan menjalin pertemanan sebanyak mungkin tanpa memandang kulit luar. Siapa tau kan, jika ingin keliling dunia, dan punya banyak teman, persoalan akomodasi, pangan, transportasi, dll bisa dibantu dengan meminimalisir uang yg ada. Kalau ini mungkin namanya ke"KERE"atifitasan karena tidak punya uang berlebih sehingga mampu menciptakan unsur imajinasi ke dalamnya :D

Ketika seorang perempuan di jendela bermimpi akan sebuah negara utopis,
di dalamnya terdapat berbagai macam hal yang sering menjadi polemik; toleransi beragama, negara yang aman, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, taman bermain, ruang terbuka hijau, air dan udara yg bersih dari polutan, dll, berharap bahwa kesekian hal yg menjadi polemik dapat diselesaikan dan diatasi, serta dinikmati oleh seluruh rakyat tanpa terkecuali.
Tetapi toh kenyataannya negara utopis tetap saja akan menjadi utopia belaka, karena bobroknya moral dan mentalitas dari aparatur negara dan para elit politik.
Jadi disingkirkan lah impiannya dari dalam otaknya,
berlanjut untuk menciptakan impian bagi dirinya sendiri tanpa memikirkan nasib orang lain,
berharap kehidupannya akan bahagia di dunia akhirat, mendapatkan kekasih hati yang sesuai impian dan filosofi hidupnya. Tapi belum selesai sketsa dirancang, sudah kembali dibuyarkan, karena berfikir bahwa impian yang dibangun harus mempunyai sumbangsih juga bagi banyak orang. Jadi diputuskan lah untuk mengambil jalan tengah, dimana impian masih bisa diciptakan tetapi orang lain terlibat dalam dampak positif yang dihasilkan dari impian tersebut.
Menjadi seorang duta sebuah badan organisasi internasional, atau menjadi seorang backpacker seorang traveler, atau menjadi seorang analis kebijakan. Bisa jadi menjadi ketiganya. Sembari menggapai impiannya, mencetak berbagai macam gambaran masa depan jika masih diberikan umur yg panjang.

Bebas lah bermimpi kawan, setiap orang berhak dan bebas untuk bermimpi, karena mimpi itu gratis. Apapun mimpi nya, cobalah untuk berusaha menggapainya :)
jadi inget lagunya sherina yang i have a dream.


September 12, 2010

Melulu lagi Anggota DPR

sejenak membuka kembali memoar akan beberapa peristiwa yang sudah terjadi selama beberapa bulan yang menganggu isi otak kepala mengenai para Anggota Dewan yang mengaku terhormat tersebut.

Apa yang membuat beberapa masyarakat menjadi semakin distrust kepada wakil rakyat nya yang mengaku mewakili aspirasi dari setiap masyarakatnya. Namun hanya mewakili partai saja (nyata-nyatanya).

Inilah dia;

----

Pertama, ketika isu mencuat ke masyarakat akan dana aspirasi. Dalam rapat Badan Anggaran DPR RI awal Mei lalu, sejumlah fraksi mengusulkan dana aspirasi yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar Rp 8,4 trilyun atau tiap anggota DPR (560 orang) mendapat jatah Rp 15 miliar. Fraksi yang paling gigih memperjuangkannya adalah Partai Golkar. Alasannya untuk program percepatan pembangunan di daerah pemilihan.
Isu ini langung menyulut sejumlah protes masyarakat, bahkan kecaman dan demo pun silih berganti. Bagaimana tidak, jika dana aspirasi ini digolkan, maka akan terjadi legal robbery (perampokan legal).
Pengusungan dana aspirasi oleh Partai Golkar untuk pembangunan daerah pemilihan adalah upaya korupsi dengan menggunakan jalan yang legal.

Apakah pantas jika beban konstituen dibebankan kepada negara, sedangkan dalam hal ini DPR sudah keluar dari jalur fungsi sebagaimana mestinya. DPR hanya menjalankan 3 fungsi utama yaitu Fungsi legislasi, pengawasan dan Anggaran. Tetapi dalam kasus ini, DPR mencoba beralih fungsi menjadi "fungsi eksekutif".

Aspirasi yang dibutuhkan rakyat, adalah bentuk kerja dari sisi kewenangan DPR melalui Undang-Undang dan melalui kerja politik, bukannya dengan membagi-bagikan uang untuk rakyat.


-----

Kedua, setelah heboh dana aspirasi, DPR mencoba untuk beralih memikirkan ke rumah aspirasi.
TEMPO Interaktif, Jakarta - Setelah beberapa waktu lalu DPR sempat dihebohkan dengan dana aspirasi, kali ini rumah wakil rakyat sedang memikirkan untuk membangun rumah aspirasi. Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga Pius Lustrilanang menyatakan rumah aspirasi ini untuk meningkatkan keterpaparan masyarakat di daerah bisa menyampaikan langsung aspirasi ke wakil rakyatnya.

Ditemui Tempo di kantornya, akhir pekan lalu, Pius menyatakan rumah aspirasi ini akan menjadi sekretariat anggota dewan saat melaksanakan kunjungan kerja ke daerah pemilihan dan dan menyambung aspirasi secara langsung dari daerah untuk diperjuangkan di pusat. "Dengan begitu rakyat di daerah bisa menyampaikan suaranya tanpa harus ke Jakarta," kata Pius.

Rumah aspirasi akan berbentuk gedung permanen seperti kantor, tetapi bukan membangun rumah baru. Rencananya akan disediakan budget sekitar RP 200 juta per anggota per tahun untuk sewa kantor, menggaji staf dan operasional rumah aspirasi selama setahun.

Artinya, untuk membangun 560 rumah aspirasi butuh anggaran sekitar Rp 112 miliar. "Budget disediakan dari anggaran BURT terkait pembangunan sarana yang jumlahnya sekitar Rp 3,3 triliun itu. Walau pemerintah baru menyetujui sekitar Rp 2,7 triliun," kata Pius.

Jadi timbul pertanyaan di benak saya, jadi selama ini gedung DPR itu bukan merupakan wahana untuk menyampaikan aspirasi kah, atau hanya sekedar sebuah simbol akan perebutan kekuasaan. Jika masyarakat yang tidak berada di pusat, dengan mudah nya menyampaikan aspirasi masyarakat melalui "rumah aspirasi" ini, lalu apakah fungsi reses yang ditujukan untuk para anggota dewan yang notabennya mereka mengunjungi satu persatu daerah pemilihannya.
Jika memang jadi dibangun, tentunya akan memakan biaya yang sangat besar, sewa bangunan, lalu untuk membayar gaji staff, belum lagi ditambah tunjangan ini itu. Cape deh. Duit mana lagi yang mau dipakai selain "nyuwun" sama negara ?

----

Ketiga, Ini yang paling menghebohkan, di saat beberapa lapisan masyrakat mencoba bertahan hidup dengan sisa uang yang ada, justru Anggota Dewan berencana akan melakukan pembangunan Gedung Baru.

Alasan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang ngotot

membangun gedung mewah baru senilai Rp 1,6 triliun tak dapat dipahami. Alasan membangun gedung baru karena yang lama tak lagi dapat menampung aktivitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat juga terkesan terlalu dipaksakan untuk mendasari pembangunan gedung mewah 36 lantai dengan fasilitas kebugaran dan kolam renang. Toh nyatanya pimpinan DPR sudah menurunkan mandat untuk mengkaji ulang rencana pembangunan gedung baru karena dinilai menciderai masyarakat. Berikut wacananya

"Kami meminta agar proyek pembangunan gedung dikaji kembali. Dihitung ulang. Jangan digambarkan menjadi gedung mewah yang menciderai keadilan masyarakat Indonesia," kata Ketua DPR, Marzuki Alie, dalam jumpa pers seusai pertemuan.

Tetapi toh tetap saja pembangunan gedung baru dilaksanakan, tentunya jika gedung baru ini akan tetap dibangun, maka pastilah akan "mengangkat citra Indonesia" :D yah lagi melulu masalah pencitraan, smcm mercusuar. Tampak bagus dari luar, namun di dalam malah tergolek lemah tak berdaya.

Wahh kalau begini, siapa pula yang ga betah berlama2 di kantor. Alih2 sibuk menyusun agenda untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, malah bersantai sejenak untuk memanjakan tubuh atau mungkin sekedar melihat kemolekan tubuh. No offense.

Padahal bagi saya yang pernah merasakan magang di sana, semua ruangan cukup nyaman. Baik itu ruang kerja ketua, sekretariat, rapat, bahkan kamar mandi.
Bagaimana tidak, hampir setiap ruangan menggunakan pendingin ruangan (AC) dan kursi yang nyaman. Belum lagi ditambah dengan akses Internet yang mudah, cepat, (gratis) :D

siapa sih yang mau uang 1triliun dipakai hanya untuk kenyamanan sedangkan notabennya mereka adalah pelayan masyarakat. Masyarakat yang memilih mereka saja masih banyak yang hidupnya tidak nyaman karena ini itu *dibahas kapan2.
Koq bisa2nya pelayan mengharapkan kenyamanan lebih daripada sang majikan. KALAU kinerja sudah bagus bolehlah di apresiasi, tapi the facts is outta there. Masyarakat Indonesia mampu menilai kinerja dewan.

----
Dan tambahan terakhir. Lirik Tikus-Tikus Kantor atas keprihatinan terhadap Anggota Dewan yang Terhormat :((


Kisah usang tikus tikus kantor
Yang suka berenang di sungai yang kotor
Kisah usang tikus tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi

Dibalik meja teman sekerja
Didalam lemari dari baja

Kucing datang cepat ganti muka
Segera menjelma bagai tak tercela
Masa bodoh hilang harga diri
Asal tak terbukti ah tentu sikat lagi

Tikus tikus tak kenal kenyang
Rakus rakus bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang

Kucing kucing yang kerjanya molor
Tak ingat tikus kantor datang menteror
Cerdik licik tikus bertingkah tengik
Mungkin karena sang kucing pura pura mendelik

Tikus tau sang kucing lapar
Kasih roti jalanpun lancar
Memang sial sang tikus teramat pintar
Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar